This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 01 Januari 2014

TENTANG HUJAN (a short story)



“Halo kamu, yang raganya selalu saya tunggu di ujung Beranda..”
Reuben masih duduk di bangku depan pintu, menanti kehadiran sosok di dalam mimpinya.
Sosok hidup, ia begitu berpengaruh kuat terhadap Reuben.

“Jadi, bagaimana kabar di sisa hari terakhirmu? Apakah London cukup mampu buatmu berubah?”
Reuben berbicara kepada sebuah foto, digenggamnya setiap kali ia pergi ke Rumah itu.
“Kau tahu? Aku sudah melewati 2 hujan di 2 tahun terakhir. Sekarang, adalah yang ketiga. Masihkah kau enggan mengingat janji sore itu?”
Lagi, setelah sekian kalinya Reuben menghela nafas. Jaket yang ia kenakan masih sama seperti saat terakhir ia bertemu..orang itu.
Kedua tangannya makin merapat kala angin tipis menembus kulitnya.
Dingin, semakin dingin.
Lalu ia sandarkan punggungnya pada dinding.

“Di Beranda ini.. aku sudah cukup lama menunggu kamu yang tak kunjung datang”
Kedua tangan Reuben yang merapat, kini meregang.
Foto di tangan kirinya basah terkena tetes air hujan dari atas plafon yang rendah.
Tangan kanan Reuben menyekanya, kemudian ia kembali mengenggamnya.. di tangan kiri.

Sekai lagi ia memandang foto itu.
Sebuah wajah, yang selama 3 tahun terakhir ini hadir di mimpinya. Membawa kenangan di masa lalu, serta mengingatkan akan janji yang harus di tepati pada tahun pertama.

Sebuah kenyataan berkata, ini tahun ketiga.
Di mana yang seharusnya telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya,
Namun tak kunjung terjadi.. sampai pada akhirnya terjadilah tahun ketiga.

Di Beranda itu, Reuben masih menunggu. Pandangannya menyapu sekeliling, berharap akan ada sesuatu yang datang..
Dia ada di situ sejak sore, dan kini senja mulai terlihat di matanya.

“Kau tahu? Aku sudah tidak tahan lagi..”
Foto di tangan itu, kini berbeda..
Mulai muncul lipatan di kedua sisinya. Warna di sudutnya meluntur terkena air hujan.
Selama ini, Reuben menagih janji seseorang yang katanya akan datang di musim hujan tahun terakhir.
Namun selama 2 tahun ini, yang datang hanyalah hujan kosong.
Hujan yang turun dengan pengharapan tanpa kejadian.

“Aku sudah pernah begini di tahun genap. Sekarang adalah waktunya.. tahun ganjil. Kau seharusnya datang..”
Reuben menatap foto itu, sekali lagi.
Kemudian cairan basah perlahan turun dari mata..membasahi pipi hingga dagunya.
Tangan Reuben kini menggenggam foto itu.  Diremasnya.. sampai pada akhirnya ia membuang foto itu ke pekarangan..

Sudah gelap. Lampu di sekitar pekarangan mulai dinyalakan. Namun orang di dalam rumah itu tak kunjung keluar.  Dari bangkunya, Reuben bangkit.. mencoba melihat ke dalam rumah.

Dari balik tirai, Reuben melihat wanita paruh baya itu. Sosok yang selama ini hanya mampu ia lihat dari balik tirai. Menunggu selama 3 tahun terakhir ini, dan selama itu pula ia hanya mampu singgah di Beranda, tak berani untuk bisa masuk ke dalam Rumah itu.

Wanita itu sedang duduk, menonton tv dan memegang cangkir kecil. Dari kejauhan Reuben memandang, sampai akhirnya wanita itu sadar bahwa sedang diawasi..


“Kiran, kau kah itu?”
Wanita itu bangkit dari kursinya, Reuben perlahan mundur menjauhi pintu.  Ia tak ingin wanita itu tahu bahwa dia ada di sini.
Datang ke sini setiap 3 tahun, di musim hujan tahun terakhir..

Reuben berbalik, ia hendak pergi meninggalkan rumah itu sampai akhirnya pintu terbuka. Wanita itu memanggil..
“Kau, kemarilah.”
Reuben tak berbalik. Ia terus memalingkan muka,
“Kau mencari siapa?”
Wanita itu masih di ambang pintu, mencari tahu siapa pria yang ada di Beranda rumahnya.

“Sampaikan salam saya kepada Kiran.”
Reuben kini melangkah, pergi meninggalkan rumah itu dengan berbagai serangan rasa. 3 tahun sudah penantian panjang, menanti kekasih yang bertolak ke London demi pendidikan, untuk pulang ke Indonesia.  Sekadar memberi salam, kini sudah cukup.  Kiran tak menepati janjinya pada sore hari beberapa tahun lalu..

“Aku janji akan kembali, pada musim hujan di tahun terakhir besok..”
Hanya itu yang bisa Reuben ingat.
Kemudian Kiran meninggalkan foto terakhirnya bersama Reuben, pada sore itu juga.
Hanya itu.. satu-satunya kenangan yang bisa Reuben lihat.
Dan kini, kenangan itu telah ditinggalkannya di pekarangan rumah Kiran...

***
Malam itu, 1 jam setelah hujan berhenti.
Sebuah mobil melesat masuk ke pekarangan,
Kacanya terlihat basah dan berembun.
Pintunya terbuka, lalu seseorang keluar dari sana..

“Ini ongkos dari Bandara sampai sini, kembaliannya tolong ambil saja”
Wanita itu tersenyum ramah kepada pria di dalam mobil tersebut.  Sekejap kemudian akhirnya mobil itu melesat pergi, meninggalkan pekarangan..

Sepatu kets wanita itu menginjak rumput yang basah, dan kini ia telah tiba di Beranda.
Pandangannya menyapu sekeliling rumah, hingga ia mampu melihat tanaman-tanaman dalam pot.
“Rupanya Ibu masih sabar merawatnya..”

Tangannya yang dingin kaku, mengetuk pintu di depannya.
Dari luar terlihat tirai di balik jendela.
Ia tak melihat siapapun di dalam.
Sampai akhirnya, seseorang menepuk pundaknya..

“Kiran..”
“Ibu! Ini aku..”
Kiran jatuh ke pelukan ibunya, setelah sekian lama di 3 tahun ini ia tak mampu merasakan sebuah pelukan yang hangat, melebihi saat dirinya duduk di depan cerobong asap.
Ini lebih hangat dari kehangatan manapun.

“Sudah sangat lama, Kiran. Kenapa kau baru tiba sekarang?”
“3 tahun ini aku sedang merencanakan sesuatu, Bu.”
“Merencanakan apa?”
Kiran melepas pelukannya, ia menghela nafas sebentar kemudian mulai berbicara..
“Aku merencanakan pendidikanku selanjutnya di Sydney, dan mungkin akan lebih lama lagi. Kuharap Ibu mau ikut denganku, ya?”
Wanita tua di depan mata Kiran, kini tatapannya muram.
Perasaan senang memang sedang dirasanya, melihat anak wanita satu-satunya pulang dari London setelah 3 tahun lamanya.
Namun ada satu lagi perasaan yang tiba-tiba menyerang hatinya.

“Kau lupa dengan janjimu?”
“Janji? Apakah aku pernah berjanji dengan Ibu?”
Wanita itu diam. Memandang Kiran dengan serius, menunggu apakah Kiran akan mengingat sesuatu.
Sedangkan Kiran, ia menatap balik Ibunya dengan penuh tanda tanya.
3 tahun di London, membuatnya berubah.. membuatnya lupa segala yang pernah diucapkannya sebelum pergi.

“Tadi ada yang mencarimu.”
“Siapa, bu?”
“Dia di sini selama musim hujan di tahun terakhir.  Sudah di 3 tahun ini, dia menunggu.  Duduk di Beranda seraya menatap hujan. Hujan yang kosong..”

Kiran belum bisa menangkap maksud dari perkataan ibunya, sampai akhirnya.. ia melihat sesuatu di pekarangan..

Kiran menghampirinya, lalu mendapati sesuatu yang ditutupi tanah basah.
Kiran membersihkannya dengan tangan kosong.
Lalu ia dapat melihat semuanya.

Pandangannya kini beralih kepada ibunya yang masih berdiri di ambang pintu..
“Bu, apakah dia akan kembali lagi?”

Ibunya berjalan menghampiri Kiran.  Lalu memeluk Kiran dengan sangat erat, kemudian membisikkan sesuatu di telinganya..
“Ia akan kembali, pada musim hujan terakhir di tahun keempat..”


Jumat, 27 Desember 2013

A LETTER OF FAN; This is a FANLETTER. Dedicated for RnB(a person who was succeed make me fangirling)


Kau tidak pernah tahu apa yang dia lakukan sehari-hari, yang dia bicarakan, yang dia pikirkan sekalipun..Kau hanya mampu menebak. Apakah kau. Namamu. Satu dari jutaan orang.
Apakah masih sempat tertera di otaknya?
Sama halnya seperti anak-anak lain. Aku, dengan segala hal yang kupunya terkadang masih kurang cukup. Aku butuh menyukai sesuatu hal. Hal yang mampu kukagumi, hingga kurindukan.

Tunggu, aku belum cukup umur untuk memikirkan hal itu.

Sekadar mengagumi “sesuatu” salahkah?

Atau mungkin “seseorang”?

Bukan khayalan, bukan aku yang membuat “seseorang” itu seolah-olah ada.

Yang seolah-olah adalah,

Seolah-olah aku dapat menggapai yang di atas. Dengan segala hasrat tinggi yang belum tentu dapat terwujud..


Pertama, aku hanya sekedar tahu dan sekedar menyukai.

Aku juga tak lebih dari seorang fans yang selalu mengikuti gerak-gerik sang idola.

Tapi, waktu mengalir.. aku terbawa oleh arusnya.

Aku kini mengikuti arus itu. Aku menunggu titik di mana aku akan berhenti.

Yang aku dapati, justru arus yang semakin kencang..

Tak ada yang tahu dimana tempat pemberhentiannya.

Aku sudah dibawa arus. Maka aku akan mengikuti kemanapun arahnya..


Kutemukan orang-orang serupa, saat di perjalanan arus ini membawaku.

Mereka kemudian mengambil arah yang sejalur.

Orang-orang serupa ini bertambah.. mereka turut terjun ke dalam wilayahku.

Wilayah arus..dan kami sama-sama belum tahu, di mana tempat pemberhentiannya?


Masih di dalam arus..

Aku. Masih dengan aku yang dulu.

Namun orang-orang ini, mereka nampak bukan mereka yang dulu.

Kupahami satu per-satu mereka..

Kekaguman mereka akan hal, sudah tidak lagi bisa disebut sebagai kagum.

Mereka lebih berambisi. Ambisi mereka sangat kuat.

Ambisi kepada yang mereka kagumi dulu, untuk bisa jadi milik mereka. Seutuhnya.

Yang mereka kagumi hanya 1. Namun dari 1 ini, ada jutaan pasang wajah..yang tentu menjadi sang “pengagum” dan sang “pengambisi”


Di perjalanan arus..

Aku mulai mempelajari tentang arti kekaguman.

Kekaguman akan hal atau sesuatu. Yang jika kita mampu memfikirnya secara logis, hal itu tak hanya jadi baik bagi yang dikagumi, namun juga untuk yang mengagumi.

Baik untuk yang dikagumi? Tentu saja. Siapa yang tak senang bila ada orang yang kagum terhadap dirinya?

Semua orang di dunia ini pasti pernah bermimpi apabila dia menjadi yang dikagumi orang banyak.


Sedangkan, baik untuk yang mengagumi?

Aku rasa ini point paling penting..


Tak ada rasa yang paling indah selain menjadi seorang “pengagum”

Cukup mendengar sebuah nama, kita bahkan mampu terperanjat.

Sudah, jangan tanyakan apabila kita dapat menyentuh hal yang kita kagumi itu.

Mungkin tak sedikit berambisi. Bahwa segala yang mampu kita sentuh, akan mampu kita miliki.


Ketauilah. Tak semua bisa menjadi milik kita

Anggap saja sebuah barang bagus. Kau tentu ingin memilikinya bukan?

Namun di sisi lain, barang itu milik orang lain.

Jika kau tetap berusaha mengambilnya, apakah kau tidak sadar bahwa kau telah melakukan kesalahan?

Dan pada akhirnya kau hanya sanggup menatap.

Mengagumi hal itu..dari kejauhan.

Sama halnya kini denganku.


Aku. Kita semua.

Hanyalah Satu di antara banyak “pengagum” atas “seseorang” yang mampu membuat mata, hati, dan pikiran kita tergugah...


                                                                               Reuben Nathaniel,
                                                                               please notice me.
                                                                               @KrnNatalia

                                                   Thanks, Reu, For noticed me.

Alasan Kenapa Tempat Ini Dibuat (re:blog)

Hujan adalah salah satunya. Dimana segala pikiran yang meluap bersama genangan air sore itu.
Aku di sini sebatas orang biasa,
Menulis apa yang ingin kutulis, dan yang ingin kubaca pada saat aku ingin melihat sendiri tulisanku.
Aku bukan dewa, layaknya mereka.
Sang pemelihara blog. Mereka menulis dengan jiwa mereka,
Mendorong pembaca terjun bebas, tenggelam di setiap alur ceritanya.
Dan membawa alurnya di kehidupan nyata.

Aku tidak mampu, aku belum cukup "dewa" akan hal itu.
Tujuanku hanya sebatas menulis untuk kesenangan.
Aku bukan pembawa perubahan.
Tapi melalui jendela ini, aku memulai..
Dari yang tidak, menjadi iya.

Dari yang sebatas mengagumi hujan.
Lalu membawanya ke dalam sebuah alur cerita..

PROLOG



Aku mencintai dengan caraku sendiri,
Mencintai segala hal. Bahkan yang tak ada sekalipun
Aku buat hal itu menjadi ada, sekedar mengisi ruang kosong di pikiran serta hatiku.
Akhirnya..muncul kamu. Beserta nama dan rupamu.
Aku menciptakan kamu. Sebagai hal yang bisa “kupikir, dan kucintai” dalam diam.
Dengan munculnya kamu, aku tak patut cemburu.
Karena segala yang kau lakukan bahkan kau cintai hanya untuk aku.
Namun, semua hanya seolah-olah.
Seolah-olah kau..ada.
(The mind of shadows)

Tepat di hari ini, aku merindukan yang dulu.
Momen di mana ada kamu yang harus kusapa setiap pagi.
Waktu di mana ada aku yang menunggu kabarmu,
Saat di mana aku tahu kapan harus merindukanmu.
Tapi lagi, semua harus terbunuh oleh waktu.
Pada akhirnya, aku...tak dapat lagi menangkap bayanganmu.
Segenap mimpi dan segala hal tentangmu
Kini lenyap.
Tersapu oleh semua debu kenangan yang tak ingin kuingat.

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.